Sosial media sudah menjadi bagian penting dari penyebaran informasi di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Bagaimana perannya dalam pemilu tahun 2014? Berikut tulisan Alexandra Hearne, seorang mahasiswa S2 Komunikasi di Universitas Technology Sydney.
Jakarta adalah ibukota twitter sedunia, dan Bandung menduduki peringkat ke-6 dalam jumlah pengguna twitter sejagat raya. Di tahun 2015, jumlah SIM card aktif di Indonesia lebih banyak dari jumlah penduduk, dan dengan telepon pintar murah semakin banyak tersedia, penggunaan sosial media di Indonesia akan terus bertambah.
Untuk pemilu 2014, para caleg dan partai politik harus memanfaatkan sosial media ini untuk menarik minat sekitar 21 juta pemilih pertama guna memilih mereka.
Para pemilih muda Indonesia ini sudah terbiasa dengan teknologi terutama internet, dengan lebih dari 80 persen pengguna internet di Indonesia akan berusia di bawah 35 tahun. Yang lebih penting lagi dalam pemilu kali ini, 90 persen lalu lintas internet di Indonesia akan terjadi di situs sosial media, sementara 6 persen hanya digunakan untuk mengakses berita politik dan informasi lainnya.
Bagi para politisi, sosial media menjadi alat yang semakin penting, seperti misalnya capres Prabowo Subianto dari Partai Gerindra bisa berkomunikasi dengan 3 juta pendukungnya lewat sosial media setiap hari.
Prabowo adalah salah satu calon presiden, dan kehadirannya di internet sudah kuat. DIjalankan oleh anak-anak muda yang memiliki banyak pengetahuan online, Gerindra menjalankan kampanye sosial media 24 jam, guna memastikan bahwa semua tweet dan komentar Facebook dijawab dalam waktu 10 menit.
Halaman Facebook resmi Gerindra memiliki lebih dari 1 juta likes sedangkan halaman pribadi Prabowo memilliki lebih dari 3 juta likes.
Kehadiran Gerindra di online ini diikuti oleh PDI-P. Golkar juga sudah mengembangkan tim sosial media sebanyak 30 orang guna melakukan kampanye bagi pemilu April 2014 dan anggota tim ditingkatkan menjadi 50 orang menjelang pemilihan presiden bulan Juli.
Kekuatan sosial media tampak jelas dalam pemilihan Gubernur Jakarta tahun 2012, dan penetapan calon presiden dari PDI-P untuk Joko Widodo (Jokowi). Menjelang pemilihan Gubernur, Jokowi memiliki 500 ribu pengikut di Twitter, selain juga menggunakan You Tube guna menyampaikan berbagai pesannya. Terpilihnya Jokowi dan Ahok bisa dilihat sebagai politisi Indonesia pertama yang betul-betul mengerti kekuatan sosial media dalam pemilihan, melihat bahwa sebelumnya keduanya bukanlah warga Jakarta.
Social media merupakan wajah modern dalam politik Indonesia namun kebiasaan lama masih bisa menyusup ke dalam pemilihan, yang bisa bisa berpengaruh terhadap partisipasi para pemilih muda. Laporan sudah muncul mengenai para pemilih bayaran. Dengan sekitar Rp 40 ribu, bisa dibeli 1000 pengikut untuk Twitter. Mereka yang dibayar untuk ikut pawai atau demonstrasi bukan hal baru. Strategi ini memang tidak menjamin bahwa suara akan masuk bagi partai tertentu yang melakukan praktek tersebut,
Ketika pencalonan presiden oleh PDI-P 14 Maret lalu menetapkan Jokowi, Twitter dan Facebook ramai membicarakan hal tersebut. Ada sekitar 8,2 juta pembicaraan di sosial media di Indonesia, dan 6,9 juta diantaranya membicarakan Jokowi. Angka ini menuhjukkan kekuatan sosial media untuk menciptakan opini yang bisa mempengaruhi opini pemilih yang sudah melek teknologi.
Sosial media sudah menjadi aspek kehidupan sehari-hari di Indonesia, dan membuat berita dan kecenderungan yang terjadi di Indonesia menjadi juga perbincangan global. Setiap hari 2,4 persen tweet dunia berasal dari Indonesia, artinya 1 tweet dikirim tiap 15 detik. Para warga muda Indonesia, sosial media memungkinkan mereka untuk terlibat dalam pemilu mendatang, mengetahui proses politik dan para calon, dan juga menciptakan dialog antara para caleg, partai politik dan warga secara keseluruhan.
No comments:
Post a Comment